Daftar Alasan / Kode yang Diajukan oleh Asisten Rumah Tangga sebagai Alasan untuk Berhenti Kerja dan Terjemahannya


Masih belum bisa move on dari dunia per-mbak-an, namun rasa bapernya sudah hilang. Hehe, postingan ini aku dedikasikan buat para silent reader aku.

Beberapa hari yang lalu aku ketiban rejeki, jadi ceritanya aku dapat satu orang mbak baru (ART) dan baru kerja belum seminggu. Nah, ekspektasiku dengan bertambahnya tenaga kerja yang tadinya dua menjadi tiga orang, tentunya bisa meringankan pekerjaan, dan tingkat kebersihan rumah menjadi maksimal.

Tunggu, ekspektasi berbeda dengan realita.

Kalau kata suami aku, nambah satu orang ini, rasa-rasanya kayak ketambahan setengah orang saja, alias tidak maksimal. Baiklah suatu hari aku mengadakan meeting (ciyee meeting) dengan para asisten rumah tanggaku ini, dan tentunya dalam meeting tidak hanya apresiasi, namun juga teguran.

Rupanya, mbak baru aku, sebutlah namanya si Mawar, baper mamen. Iya, besoknya seusai meeting ini dia mau berhenti kerja. Ya, berhenti kerja. Syukur, daripada aku yang pecat musti siapin pesangon, dia berhenti sendiri aku jadi berhemat. Bisa beli lipstik baru, cihuiii.

Nah, di postingan kali ini aku bikin daftar alasan tenaga kerja rumah tangga ini untuk berhenti, atau kode-kode umum yang biasa digunakan sebagai alasan untuk tidak bekerja lagi, beserta terjemahan alias analisa dangkalnya.

1. Nikah >> biasanya ART yang mau menikah, akan melaksanakan resepsinya di kampung, dan 99% tidak kembali bekerja.

2. Pulang kampung (bisa pas libur panjang lebaran, lebaran haji) >> 2 kemungkinan, antara bohong atau beneran pulang kampung, dan setelah itu dia akan diselimuti oleh hawa liburan yang luar biasa menggelora di dalam jiwa, sehingga dia tidak kembali. 

3. Hamil >> ya ini apa boleh buat, ijinkan saja dia berhenti kerja.

4. Tidak diijinkan kerja sama suami >> nah, pas masuk kerja kok dikasih ijin? Biasanya ini alasan yang dibuat-buat, karena emang sudah ngga betah.

5. Anak rewel terus setelah kira-kira 3 minggu bekerja >> berikanlah gajiku setelah satu bulan dan aku akan berhenti.

6. Habis gajian kabur >> kalo aku gajinya aku pending 2-3 hari biar ngga rugi. Ini yang paling banyak terjadi.

7. Pulang kampung rawatin ortu sakit >> entah iya entah enggak, padahal ortunya sudah meninggal.

8. Tiba-tiba suaminya dapat projek besar / THRnya banyak >> lsg brenti mau bobok2 cantik + nambah anak.

9. Mau ikut pindah suami ke luar kota >> hal ini tidak mungkin terjadi mendadak. Kita ngga penting kok, jadi ngga dikasih tau lebih awal. Emang mau berhenti kerja cihui.

10. Sudah dapat kerjaan di tempat lain >> gue dapat gaji lebih di tempat lain.

11. Suami selingkuh ditinggal kerja >> emang suaminya gatel mbak. Eh tapi beneran, ini ada.

12. Berantem sama suami >> masalah rumah tangga dibawa ke kerjaan, apa boleh buat, daripada kerja ngga konsen.

Ada yang mau nambahin listnya?

Di sini aku ngga mendiskreditkan para ART sama sekali, enggak. Tanpa mereka aku hanyalah ibu rumah tangga berdaster yang nggak akan bisa datang ke event-event dan foto-foto cantik, jadi aku ngga akan idealis bertahan nggak ber-embak.

Tapi di antara sekian banyak mbak, hanya sedikit yang bertahan, dan jujur pada saat mereka mau berhenti kerja. Ya, its happen on me.

Instead of baper, sebaiknya kita cepat move on. Karena pada saat mereka berhenti kerja, percayalah mereka sudah tidak memikirkan kita lagi, jadi apa besok pagi dapur kalau mereka "hilang" begitu saja. Jadi baperan ngga ada gunanya, ada baiknya kita langsung cari orang baru lagi. Kalau aku beranggapan kesempatan mengasuh anak tanpa mbak ini sebagai "diet" dari surga. Iya, langsung kurus beneran, walaupun banyak makan gorengan. Melipir ke tahu bulat.

Kalian bagaimana? Ada yang sepengalamanakah?

See you in my next post, please drop comment below so we can know your experience too

2 comments