8 Risiko Gonta-Ganti Perawatan Kulit

Bicara kondisi kulit wajah ini krusial ya. Dari jauh, foto-foto di media sosial memang bisa dipercantik, diperbagus, dan diperlengkapi dengan berbagai filter, namun kenyataannya kadang tidak seindah itu. Apalagi di usia saya, kondisi kulit wajah yang saya kira sudah fix alias tidak berubah-ubah, masih juga mengalami fase hormonal, perubahan akibat cuaca, juga terkadang bisa-bisa jadi acne prone.

Akhirnya saya mencoba-coba semua skincare. Anything, just do it. 

Awal-awalnya saya kira sih tidak mengapa, toh kulit saya termasuk "badak", ternyata gonta-ganti skincare itu juga ada risiko yang tidak saya sadari selama ini.

1. Biaya yang tidak sedikit
Berapa banyak dari kita yang tidak segan-segan mengeluarkan uang banyak untuk investasi di skincare. Ya, itu tidak salah, malah jika mengabaikan perawatan kulit sama sekali malah bikin saya tidak nyaman, saya sendiri memang budgeting khusus untuk perawatan. Namun, kadangkala tahu sendiri harga tidak bohong, yang mahal biasanya cocok, walaupun belum tentu. Yang nyesek di kala beli mahal-mahal sepersekian juta tapi jatuhnya malah B aja.



2. Risiko tidak cocok di kulit
Sudah beli mahal-mahal, eh tidak cocok. Siapa yang sering begin? Yah kau kan blogger Innova, sebagian barangnya kau dapat gratis? Betul Bambang, tapi kalau iritasi tetap saja saya musti beli produk buat handle lagi!



3. Kondisi kulit berubah
Biasanya ini terjadi karena beberapa hal di saya. Pertama perubahan usia, seiring dengan bertambahnya usia kulit saya jadi tidak terlalu berminyak dan malah kering, beda dengan waktu usia masih belasan tahun.



4. Terjadi iritasi
5. Jika terjadi ketidakcocokan, jadi riset kembali. Misalkan gini dalam satu paket perawatan ada serum, emulsion, toner, pelembab, sunscreen, terus muncul reaksi misal kemerahan, atau satu biji jerawat, nah itu jadi saya me ngecek satu-satu produk mana saja yang menjadi bilang ketidakcocokan di wajah saya. Cara mengeceknya bagaimana? Caranya ya rutinitas skincare tetap dijalankan satu per satu dengan mengurangi satu produk, lihat mana yang bikin "masalah" berarti produk itu yang harusnya di-skip.



6. Menghabiskan waktu
Masih menyambung bahasan di atas, mencari penyebab ketidakcocokan skincare ini selain melelahkan, juga menghabiskan waktu. Bayangkan waktu yang terbuang untuk itu, bayangkan jika waktu tersebut dipergunakan untuk bekerja, atau minimal bales-bales chat di ol shop, tentu saja lebih jadi menghasilkan uang. Well, time is money right?

7. Stuck di trial and error
Dalam rangka mencoba skincare baru, jujur saja saya excited, namanya juga barang baru. Nah, pada saat serangkaian, atau salah satu produknya ada yang tidak cocok? Itu lain cerita. Ya gitu, beneran stuck jadinya antara lelah, males, dan takut malah lebih parah ketidakcocokannya di wajah saya. Biasanya pada saat terjadi "masalah", saya hentikan semua pemakaiannya dan memilih istirahat skincare.

8. Formula berubah dari pabrik
Namanya risiko, bukan selalu datang dari diri sendiri, tetapi juga faktor luar. Yang bikin saya agak kesel ini jika menggunakan skincare yang macam kayak homemade gitu, terus cocok, pada saat formula nya berubah, itu bisa nggak cocok lagi. Jangan kan homemade, skincare pabrikan pun juga bisa terjadi. Bukan berarti pabriknya nakal ganti-ganti, namanya improvisasi formula itu biasa terjadi, perubahan packaging, dan sebagainya, namun memang terkadang ada yang berdampak skincare jadi "tidak cocok".

Bukan berarti saya menulis ini saya menentang untuk ganti-ganti skincare, no. Saya sendiri sampai saat ini masih sesekali berganti skincare, namun buat yang kulitnya lebih sensitif, apalagi yang acne prone, kedelapan hal yang saya sebutkan di atas memang bisa terjadi. That's why kenapa ada beberapa orang yang fanatik sama skincare tertentu, ya itu kalau sudah cocok diganti lainnya bisa repot.

Lalu, bagaimana caranya menentukan kondisi kulit wajah supaya cocok sama skincare? Di negara maju, sekarang ada yang namanya test DNA untuk menentukan kondisi kulit.

Test DNA untuk skincare? Oh iya, jadi industri kecantikan sendiri merupakan industri yang berkembang cepat termasuk teknologi yang ada di dalamnya. DNA sendiri merupakan asam nukleat yang menyimpan semua informasi tentang genetika. Tes DNA  adalah prosedur yang digunakan untuk mengungkapkan secara akurat, informasi mengenai genetik dalam tubuh seperti potensi, risiko dan kebutuhan unik setiap individu yang berkaitan dengan banyak hal seperti kebutuhan suplemen dan nutrisi, intensitas olahraga yang sesuai,hingga perawatan kulit yang tepat dan lainnya.

Salah satu hal paling mendasar yang bisa diperoleh dari tes DNA adalah kondisi kulit seseorang. Sebagai organ tubuh paling luar, kulit merupakan lapisan pelindung yang bekerja 24/7 dan paling rentan terpapar oleh faktor eksternal seperti matahari dan polusi.

Pengecekan DNA kulit bisa memberikan informasi yang akurat mengenai kualitas kolagen, elastisitas kulit, pigmentasi kulit, dan sebagainya. Tes DNA kulit sudah umum dilakukan di negara maju, untuk mengenal kondisi kulit dan mendapatkan perawatan yang tepat dan sesuai. Singkatnya, tes DNA kulit ini lebih personalisasi karena keakuratannya.

Apakah begitu dibutuhkannya tes DNA kulit ini?
Mengambil hasil survey yang diadakan JakPat (provider platform survei) Dalam konteks
penggunaan produk perawatan wajah, hanya 15% responden yang mengatakan bahwa kinerja produk yang mereka gunakan, sesuai dengan harapan. Sisanya mengatakan bahwa mereka masih menderita masalah yang mengganggu seperti jerawat, iritasi, kulit kering, kulit berminyak, dan lainnya. 30% Responden juga merasa belum puas dengan kondisi kulit mereka saat ini, kendati
telah menggunakan berbagai macam produk perawatan.

Hasil riset lainnya menunjukkan bahwa para responden sudah selektif dalam mencoba produk perawatan kulit, untuk mencegah terjadinya masalah kulit dan menghindari terbuangnya uang dan waktu dengan sia-sia. Dalam konteks menemukan produk perawatan yang tepat, 50% responden setuju untuk memeriksakan kondisi kulit mereka dan secara umum memilih untuk pergi ke dokter kulit atau dermatolog. Dalam konteks skin DNA treatment, kecenderungan responden untuk percaya akan hasil tes DNA kulit, mencapai 85%. Selain itu persentase minat responden untuk mencoba
perawatan kulit dengan teknologi tinggi (hi-tech) mencapai 90%.

Sejujurnya saya sendiri juga penasaran dengan teknologi tes DNA ini, karena tentunya gratis dan bisa dilakukan dari rumah, tinggal akses ke https://www.smartskinsolution.com/



See you in my next post, please drop comment below so we can know your experience too

Tempat Rekomendasi Berbelanja Kosmetik Palsu di Jakarta

Bicara soal makeup itu nggak ada habisnya. Sebagai pecinta kosmetik dan perawatan kulit, pengetahuan saya sendiri tentang kosmetik awalnya juga terbatas. Berawal 2005 saya pertama kali di Jakarta, saya tinggal di dekat hotel Classic di daerah Sawah Besar Jakarta Pusat. Kala itu akses internet juga masih terbatas, nggak pernah tahu yang namanya google sehingga saya kalau mencari kosmetik ya cari-cari sendiri, alias caranya masih manual.

Nah, berbekal pengetahuan yang semakin lama semakin mudah diakses lewat internet, saya mau share tempat rekomendasi berbelanja kosmetik murah dan dijamin palsu, tentu saja sesuai lingkup tinggal saya di Jakarta. 

Lho kok palsu? Kalau yang asli sudah jelas bisa beli di toko online brand, atau di mall, jadi siapa tahu di sini ada yang pengen coba kosmetik palsu ya, sekalian saya share beberapa juga kosmetik palsu yang bisa kita temui di pedagang-pedagang ini.

Gambar hanya pemanis


1. Pasar Asemka
Sebagai tempat yang terkenal untuk berbelanja aksesoris, di Pasar Asemka yang berlokasi di Glodok ini juga tak kalah marak perdagangan kosmetiknya. Bahkan parfum aspal yang entah bagus atau tidaknya, juga banyak ditemui di sini. Kosmetik yang agak aneh merknya juga bisa seperti krim HN, revlon makeup palet yang tentu saja palsu, terus palet Urban Decay yang harga aslinya selangit itu bisa ditemukan dengan harga miring di sini. Ya jelas, kan palsu. 

2. Pasar Baru
Terkenal sebagai salah satu sentra kosmetik dan perdagangan alat salon, ternyata di sini juga ada tentunya pedagang kosmetik palsu. Jika pedagang kosmetik asli biasanya berlokasi di toko-toko, kalau kosmetik palsu biasanya didominasi oleh abang-abang yang menggelar dagangannya mulai sore hari di area dalam Pasar Baru. Wah, jangan belanja di abang-abang dong? Kalau merk yang aslinya murah kayak Just Miss, Implora, My Darling, itu asli. Ya asal jangan merk drugstore aja dikhawatirkan palsu. Biasanya sih saya beli pembersih kutek yang warna pink, itu malah adanya cuman di abang-abang kosmetik ini. 

3. Petak Sembilan Glodok
Di sini lebih banyak toko obat sebetulnya, namun karena di sini lumayan ramai ada juga abang-abang pedagang kosmetik palsu. Saya sendiri kalau belanja kosmetik menghindari area ini, karena mahal, kedua tempat ini panas. Sekali pun kosmetik asli, disimpan di kondisi yang panas bisa saja sudah melting dan tidak dalam kondisi "prima". 

4. Mangga Dua
ITC Mangga Dua yang paling banyak, di lantai dasar, biasanya barangnya bercampur kosmetik asli dan lokal. Patokannya sih saya berdasarkan harga aslinya, misalkan pensil alis Viva yang seharga 30 ribuan asli, maka di pedagang jika harganya 15 ribu bisa di pastikan palsu. Kedua, cari toko sih yang minimal ada di Google walaupun toko biasa, kalau ada apa-apa lebih gampang untuk publikasi. 

Terus, barang-barang apa saja yang biasa dijual di pedagang kosmetik palsu ini? Literally sih biasanya supaya nampak tidak terlalu mencolok, pedagang ini tidak hanya jualan fully palsu, namun juga ada yang original sehingga pembeli yang kurang paham tentu saja bisa memilih yang palsu, atau jika direkomendasikan sama pedagangnya.

Kalau merk-merk yang sudah established kayak Wardah, Emina, Viva memang jarang ada palsunya, kecuali pensil alis Viva. Dulu Iya banyak, tapi untuk menghindari dapat barang palsu saya sebisa mungkin menghindari pembelian di toko kosmetik biasa. Walaupun asli pun kalau di toko disimpan dalam kondisi panas, nggak smoke free, saya juga kurang sreg membeli nya.

Apalagi sekarang jamannya online, hampir semua brand baik lokal maupun import punya toko online sendiri, juga official store di marketplace, jadi saya sendiri lebih pilih belanja di toko terse but. Perlu diingat kosmetik selain harus asli, penyimpanannya juga harus proper. Kalau belanja offline saya sendiri lebih suka ke mall, alasannya karena di mall dingin, jadi barangnya baik makeup maupun skincare itu nggak meleleh. Semoga sih, ke depannya pedagang kosmetik yang palsu juga pada sadar dan lebih mau menjual brand lokal karena sekarang yang lokal dan murah aja sudah banyak yang bagus.

See you in my next post, please drop comment below so we can know your experience too

Review Borntree Gold Milk Steam Cream

Cuaca kemarau belakangan ini membuat kondisi kulit saya yang tadinya cenderung berminyak, menjadi lebih kering, dan sedikit kusam. Saya sendiri jika kondisi kulit berubah, selalu mencoba produk baru, khususnya yang bersifat hydrating supaya keringnya tidak makin parah.



Ini warna kotaknya lucu ya

Segede ini krimnya



Di review kali ini saya mencoba Borntree Gold Milk Steam Cream. Cerita sedikit, Borntree sendiri merupakan produk besutan Korea yang mengutamakan produk berbahan natural dengan line skincare yang lumayan dikenal di negeri asalnya. Selain memproduksi skincare, Borntree juga punya makeup (cushion). 

Terus yang saya suka dari produk-produk Korea itu biasanya dengan effort seminimal mungkin tapi skincare-nya tuh manfaatnya banyak, that's why nyobain steam cream-nya ini saya excited sekali ya. Jadi steam cream ini sebenarnya adalah pelembab yang dibuat dengan cara "steam" yakni water based, dan kandungannya pun menarik: goat's milk, donkey milk, shea butter, hyaluronate, dan ekstrak tumbuh-tumbuhan, serta mengandung niaciamide dan adenosine sebagai agen pencerah.





Packaging
Kemasannya besar sekali untuk pelembab, yakni 200 gram dengan jar bertutup. Sayangnya tidak disertakan spatula, sehingga ya pakai spatula pelembab lain sih. Terus ini sudah ada boksnya, dan bersegel jika masih baru. Kotaknya sendiri berwarna tosca terang dengan finishing matte sehingga menurut saya looks expensive dan just pretty. Walaupun kemasannya tidak terlalu girly, tapi kelihatan simple dan sangat established.

Jarnya sendiri bertutup ulir dan mudah dibuka, sedangkan bagian penutupnya stable, tidak mudah tergelincir sehingga produk aman di dalam, tidak gelecetan keluar. 

Tekstur

Pertama kali dibuka menurut saya tercium aroma roti tawar, jadi bukan susu kayak vanilla yang mirip lulur-lulur lokal itu enggak, ini baunya jauh lebih keren dan tidak eneg sama sekali. Diklaim sebagai krim keluarga, bahkan cocok untuk bayi, ya memang karena wanginya sendiri tidak aneh dan sangat soft. 

Pas dipegang teksturnya mirip kayak lotion tapi stay, jadi tidak jatuh-jatuh pada saat dioleskan. Dibilang watery sih nggak 100% water banget, tapi ya nggak auto kering mirip kayak aloe gel yang banyak alkoholnya itu. Well, menurut saya teksturnya enak, santai, smooth, dan walaupun butuh waktu untuk terserap setelah diserap kulit tuh jatuhnya enak dan tidak lengket. Pas jar-nya terbalik-balik juga bentuknya masih nggak berantakan isinya.

Before

Applied


Hasil
Setelah diaplikasikan menurut saya kulit wajah terasa lebih supple dengan glowing minimal, artinya krim ini tidak membuat wajah jadi berminyak terlalu. Juga saat diaplikasikan ke tangan, tidak ada efek tone up, namun lembab dan tekstur kulit jadi lebih halus dan soft.



Ini pada saat diaplikasikan ke wajah sebelah kanan di foto, krim ini tidak memberikan efek tone up dan glowingnya minimal, tapi tekstur kulit wajah jadi lebih moist, terus pada saat pakai makeup jadi lebih menempel.



Ini pas diaplikasikan di tangan *(yang kanan) terlihat glowingnya minimal, namun hasil afternya ini bertahan dengan baik (tidak balik kering) sampai beberapa jam ke depan. Untuk pemakaian malam hari di bawah ruangan ber-AC bisa dilayer sehingga pas pagi tetap moist. 


Buat saya yang pertama mencoba brand ini ini tentu saja suka, dan bakalan rutin memakainya karena ada kandungan pencerah. Bisa dibilang sebagai krim multifungsi, karena bisa dipakai ke wajah dan badan. Satu lagi, selama menggunakan Borntree ini juga tidak menyebabkan jerawatan di saya.

Dibanderol dengan harga $16.5 dan isinya yang banyak, GOLD MILK STEAM CREAM ini worth to buy banget, bisa dibeli di  sini dan shippingnya hanya butuh waktu kurang dari 1 minggu saja walaupun pengirimannya dari Korea, tentu saja tidak kena biaya apa-apa lagi.


#CHARIS #BORNTREE #CHARISSTORE #charisAPP @hicharis_official @charis_celeb #GOLDMILKSTEAMCREAM






See you in my next post, please drop comment below so we can know your experience too

Review Softlens Innocent by Exocticon Big Eyes 16mm Brown

Belangan saya suka sama softlens keluaran X2 karena kemasannya bagus-bagus, walaupun hanya kotak simple, desainnya semakin di perhatikan sehingga "keseriusan" brand ini sukses membuat saya jadi pelanggan loyal.

X2 juga gencar mengeluarkan produk softlens dengan harga yang sangat terjangkau, seperti yang kali ini saya coba Innocent by Exoticon. X2 Innocent ini juga tampil cantik dengan kemasan yang girly, dan softlens dibungkus menggunakan blister. Dalam satu kotak terdapat sepasang softlens dengan minus yang sama, sehingga untuk yang minusnya beda harus membeli 2 kotak. 

Kesan pertama, softlens ini besar dan tebal pas dipegang pakai jari, berbahan 58% polyhema, softlens ini mengandung 42% air. Diameternya memang besar 16mm, biasanya sih pakai yang gede ini bikin mata jadi bagus ya, cuman memang softlens lokal agak jarang mengeluarkan diameter besar.





Desain warnanya tegas dan cerah, saya sendiri suka karena dari jauh udah kelihatan, bahkan jika softlensnya amit-amit jatuh. Sayangnya pas saya mencoba pakai softlens ini di hari pertama, ternyata bentuknya kelewat cekung dan susah masuk ke mata. Jika biasanya softlens bisa ditempelkan hanya dengan satu jari, pada saat softlens ini sudah menempel, saat mata saya berkedip langsung loncat keluar mata. Kebanyang kan tebel banget artinya.

Saya tidak lantas menyerah ya, saya coba dengan cara kedua, setelah softlens menempel baru bola mata diarahkan ke softlens (cara ini dulu diajarin sama optik). Sama juga, tetap loncat. Huff, ternyata softlens tebal dan besar pakainya susah.

Di percobaan ketiga softlens-nya sudah kering sehingga saya harus kembali membasahinya dengan cairan. Akhirnya, cara ketiga berhasil, yakni kedua jari tangan (jari telunjuk dan jari jempol) dengan gerakan mencubit softlens, menempelkan softlens yang sedikit tercubit ke mata. Berhasil namun ini juga beberapa kali percobaan karena memang agak tebal jadi susah.


Hasilnya sih bagus, seperti di foto ini perbesarannya tidak lebay, dan jatuhnya tetap natural. Untuk ketahanannya sendiri softlens ini cepat sekali kering, dipakai selama 6 jam sudah kurang nyaman.


Kesimpulannya ternyata buat saya kurang cocok, namun sayang sekali saya harus menghabiskan batch berikutnya karena saya beli 2 box. Untungnya harganya murah jadi kalau tidak cocok biasanya 2 minggu maksimal sudah saya buang.

Plus:
1. Natural, warnanya bagus
2. Murah, harganya sekitar 27 ribu sepasang

Minus:
1. Softlens kaku dan tebal
2. Susah dipasangkan ke mata
3. Cepat kering
4. Dalam kondisi mata kurang tidur bikin makin merah
5. Ada efek dreamy di softlens sebelah kiri

Berhubung minusnya banyak banget, menurut saya softlens Innocent ini produk gagal, atau benar-benar kualitas rendah. Saya melihat di boks sayang sekali tidak ada manufaktur pembuatnya itu siapa di Korea, jadi tidak bisa melakukan komplen langsung ke manufaktur. Tentu saja saya kapok, tidak akan membeli seri ini lagi, mungkin akan mencoba seri yang lain aja.


See you in my next post, please drop comment below so we can know your experience too