Mudahnya Mendapatkan Kosmetik dan Pangan yang Berbahan Kurang Bagus dan Kurangnya Tindakan BPOM

Halo guys! Semoga selalu sehat walafiat dalam lindungan Tuhan ya.

Ehm, sebenarnya aku termasuk jarang membahas soal pekerjaan, dan kehidupan sehari-hari aku di blog ini, karena tadinya blog ini aku khususkan membahas produk make up dan skincare saja. Ternyata, makin banyak dibahas, debu-debu kosmetik dan printilannya itu tidak hanya berhenti pada review produk, event report, dan asik-asikan pajang haul kosmetik. 

Hubungannya dengan pekerjaan aku, selain jadi ibu rumah tangga yang super perkasa mengurus dua anak yang masih di bawah lima tahun (satu bayi dan satunya umur 3 tahun sekian), aku juga meng-handle jasa order di http://jasaebay.16mb.com/  yang sudah kujalankan semenjak tahun 2012. Suatu hari, ada seorang customer yang chat ke aku, nanya bisa masukkin obat atau tidak? Ya aku jawab apa adanya, kalau obat, kosmetik, serta makanan jika dicek pada saat di bea cukai Indonesia, maka akan dimintakan sertifikasi dari BPOM. Jika tidak ada, siap-siap aja barangnya tidak akan pernah sampai ke tangan kita.

Tapi ini ceritanya beda, aku sudah kasih tahu risikonya, customer tetap mau coba (siapa tahu lolos), karena obat ini dibeli untuk orang tuanya (sakit yang pasti, tapi gue gak kepo nanya sakitnya apaan), dan akhirnya aku oke-in dengan risiko barang tidak bisa sampai (kalau seandainya gak sampe tetap bisa refund kok, no worry, cuman capek menanti aja. End of story? Doi pesen beberapa produk, sebagian keterima, sebagian harus refund. Oke skip...ini hanya pembukaaan saja dari apa yang saya mau bahas hari ini.

Yang saya pertanyakan di sini, BPOM kita itu ngapain aja sih tugasnya? Okelah kalau itu obat yang tidak bersertifikasi di negara asalnya silakan saja dipertanyakan. Obat yang saya orderkan itu jelas-jelas bersetifikasi FDA. FDA itu U S Food and Drug Administration, alias BPOM-nya Amerika. Intinya yang aku mau argumenkan di sini, kenapa kita musti repot dan capek beli barang di luar negeri, itu bukan kita sengaja cari masalah sama BPOM, tapi memang barang itu gak dijual di sini, dan di luar negeri sana barangnya ada, real, original, dan ada sertifikasi dari pengawas pangan di negara asalnya. 

Oke postingan ini mengandung vibe negatif, gue lagi super kesel sama BPOM.

Gini deh, kita flashback aja pada kasus-kasus "pembunuhan" customer yang dilakukan oleh penjual obat dan makanan, yang gue tau di tahun 2015-2016. Yang mau nambahin silakan comment aja nanti akan gue update postingan ini.

1. Mei 2015 - Penemuan bahan berbahaya pada makanan yang dijual di Jalan Sabang, Menteng, Jakarta Pusat. Siapa yang jadi tersangka? Siapa yang dipenjarakan? Siapa? Nggak ada!


Siapa korbannya? Semua. Ya, para karyawan yang pulang kerja dan makan di sana, para pelajar yang juga makan di sana, ibu-ibu yang juga makan di sana. And those seller didn't f*cking care!



2. Maret 2016 - Es teh dari air limbah di Monas. Sama, ini juga nggak ada pedagang yang dipenjara. Dan di situ saya merasa sedih.




3. Juli 2016 - Vaksin Palsu. Buat yang punya dedek-dedek pasti aware sama berita satu ini, di mana vaksin palsu beredar di beberapa klinik dan rumah sakit. Menteri kesehatan ke mana?




Terus yang jualan di sekeliling kita? Buat yang pernah nonton "Reportase Investigasi" pasti tau kalau banyak pedagang kaki lima, warung, restoran dll yang menggunakan bahan berbahaya dicampurkan ke dalam makanan yang dijualnya supaya awet, bagus, dll. Helloooooo BPOM kalian ngapain aja? Masak nggak satupun kalian yang bekerja di BPOM itu punya hati untuk turun ke lapangan dan ngecek, atau minimal ambil sampel acak dari pedagang kaki lima, untuk melihat apakah ada barang berbahaya di dalam makanan atau minuman yang dijual?

Gue nggak ngerti. Sampe saat ini nggak ada 'kan satu orang pun yang masuk penjara karena mencampurkan bahan berbahaya ke dalam makanan? Sedangkan kurir narkoba dihukum sangat berat, bahkan hukuman mati. Nanti giliran kena tangkap basah, alasannya rakyat kecil, cuman pedagang kecil, dll dll. Minta dikasihani, tapi kalian tidak peduli dengan nyawa orang yang beli dagangan kalian. Gue geram banget kalo inget itu.

Jangankan bahan makanan berbahaya, es batu aja, kalo terbuat dari air mentah, itu bahaya banget. Banyak bakteri yang termakan. Dan coba tebak, siapa konsumen es batu paling banyak? Anak-anak. Ya anak-anak kecil. Dari mana gue tau? Dulu, ada pengasuh anak gue yang anaknya suka banget jajan es di kaki lima, dan anaknya sering banget sakit. Padahal anak gue juga sering minum es (es batu yang gue bikin sendiri pake air galon), dan anak gue jarang sakit. 

Pedagang model ini yang harusnya diedukasi. Kalo bisa jangan hanya sekedar menjual makanan, tapi juga tau bahan-bahan yang digunakan itu apa saja. (Orang tua gue yang ngajarin ini. Mereka jualan makanan, dan guess what, bokap guw tiap hari makan makanan yang dijualnya, because he wants other people also loves the food taste he sell, while other seller doesn't even know what are they selling). Dan menurut gue nggak hanya sekedar diedukasi, kalo masih ngeyel, penjarain aja. mereka nggak peduli kesehatan orang lain yang beli dagangan mereka, mereka nggak pusing orang itu adalah bapaknya anak-anak lain yang masih sangat dibutuhkan oleh keluarganya, atau ibunya anak-anak lain yang anaknya masih berharap ibunya berumur panjang, karena efek samping bahan berbahaya ini jangka panjang. They just don't care!

Jadi BPOM ngapain aja? Nggak tau, bagi gue BPOM kayak nggak pernah ada, karena belum ada tuh pedagang kaki lima pake formalin di makanannya bisa masuk penjara. Sedangkan kita dituntut proaktif jika ada penjual yang menjual barang berbahaya.

See? Jelas? BPOM jangan hanya sibuk nangkep-nangkepin kosmetik aspal, masih banyak bahan-bahan khususnya yang dicampurkan ke makanan, yang lebih krusial untuk diurus daripada ngasih kerjaan bea cukai untuk ngecek-ngecek kiriman kosmetik dari luar negeri. Kalo yang gak ada sertifikasi di negara asal silakan musnahkan saja, kalo yang udah ada sertifikasi itu kita beli dari luar negeri karena di Indonesia belum ada yang impor. Titik!

Why I write this post?

Kenapa gue kurang kerjaan nulis ini semua?
Gue pengen, nanti pas jalan-jalan ketemu pedagang kaki lima, gue dan keluarga gue bisa jajan dengan tenang. Dikira nyiapin makanan dan minuman sendiri nggak cape ya? Setidaknya, gue bisa makan apapun dengan tenang di negara sendiri, nggak was-was takut makan makanan dengan bahan berbahaya. Bukan makan gorengan yang minyaknya diceburin semua sama plastiknya, bukan makan warteg yang minyaknya dikasih potongan lilin supaya jernih terus (pengakuan mbak yang dulu kerja sama gue, mantan kerja di warteg), bukan beli bumbu racikan di pasar yang dicampurin bahan-bahan yang sudah jelek, atau beli ikan di pasar ternyata ikannya ber-formalin. Gue pengen hidup tenang di negara sendiri, supaya gue gak pusing pengen ke Korea, ke Jepang, atau minimal ke Singapore.

Because I love Indonesia.

See you in my next post, please drop comment below so we can know your experience too

4 comments

  1. Sharing nich : saya dpt bbrp produk dari hongkong atau us lupa tepatny trus brng w sangkut disuru lah izin bpom. Isinya beberapa masker. Ini pertama x saya bekerja sama dengan orang luar utk memperkenalkan website mereka. Dan herannya di indonesia Bkn hanya saya yg dpt teman saya jg dpt kiriman tersebut dan sampai. Jujur barang yg dikirim sama. Gw kecewa banget dimana pny q sangkut punya dia ngak. W bingung z sama bpom / bea cukai kenapa bisa hal tersebut terjadi. ==

    Alhasil brng q dimushnakan.

    ReplyDelete
  2. belum pernah pengalaman sama BPOM sih mbak. cuma prihatin aja kalo lihat yang dicampur-campur itu. apa mereka ga punya anak atau cucu ya sampe setega itu. alasan "belum tahu" biasanya jadi tameng.

    apa iya kalo pembeli mau beli musti minta si penjual untuk nyuruh anaknya nyicipin dulu?

    ReplyDelete
  3. ya ampun zaman sekarang memang pada keterlaluan ya, vaksin palsu lah, bikin es teh dari air limbah lah..

    ReplyDelete