Bicara kondisi kulit wajah ini krusial ya. Dari jauh, foto-foto di media sosial memang bisa dipercantik, diperbagus, dan diperlengkapi dengan berbagai filter, namun kenyataannya kadang tidak seindah itu. Apalagi di usia saya, kondisi kulit wajah yang saya kira sudah fix alias tidak berubah-ubah, masih juga mengalami fase hormonal, perubahan akibat cuaca, juga terkadang bisa-bisa jadi acne prone.
Akhirnya saya mencoba-coba semua skincare. Anything, just do it.
Awal-awalnya saya kira sih tidak mengapa, toh kulit saya termasuk "badak", ternyata gonta-ganti skincare itu juga ada risiko yang tidak saya sadari selama ini.
1. Biaya yang tidak sedikit
Berapa banyak dari kita yang tidak segan-segan mengeluarkan uang banyak untuk investasi di skincare. Ya, itu tidak salah, malah jika mengabaikan perawatan kulit sama sekali malah bikin saya tidak nyaman, saya sendiri memang budgeting khusus untuk perawatan. Namun, kadangkala tahu sendiri harga tidak bohong, yang mahal biasanya cocok, walaupun belum tentu. Yang nyesek di kala beli mahal-mahal sepersekian juta tapi jatuhnya malah B aja.
2. Risiko tidak cocok di kulit
Sudah beli mahal-mahal, eh tidak cocok. Siapa yang sering begin? Yah kau kan blogger Innova, sebagian barangnya kau dapat gratis? Betul Bambang, tapi kalau iritasi tetap saja saya musti beli produk buat handle lagi!
Sudah beli mahal-mahal, eh tidak cocok. Siapa yang sering begin? Yah kau kan blogger Innova, sebagian barangnya kau dapat gratis? Betul Bambang, tapi kalau iritasi tetap saja saya musti beli produk buat handle lagi!
3. Kondisi kulit berubah
Biasanya ini terjadi karena beberapa hal di saya. Pertama perubahan usia, seiring dengan bertambahnya usia kulit saya jadi tidak terlalu berminyak dan malah kering, beda dengan waktu usia masih belasan tahun.
Biasanya ini terjadi karena beberapa hal di saya. Pertama perubahan usia, seiring dengan bertambahnya usia kulit saya jadi tidak terlalu berminyak dan malah kering, beda dengan waktu usia masih belasan tahun.
4. Terjadi iritasi
5. Jika terjadi ketidakcocokan, jadi riset kembali. Misalkan gini dalam satu paket perawatan ada serum, emulsion, toner, pelembab, sunscreen, terus muncul reaksi misal kemerahan, atau satu biji jerawat, nah itu jadi saya me ngecek satu-satu produk mana saja yang menjadi bilang ketidakcocokan di wajah saya. Cara mengeceknya bagaimana? Caranya ya rutinitas skincare tetap dijalankan satu per satu dengan mengurangi satu produk, lihat mana yang bikin "masalah" berarti produk itu yang harusnya di-skip.
6. Menghabiskan waktu
Masih menyambung bahasan di atas, mencari penyebab ketidakcocokan skincare ini selain melelahkan, juga menghabiskan waktu. Bayangkan waktu yang terbuang untuk itu, bayangkan jika waktu tersebut dipergunakan untuk bekerja, atau minimal bales-bales chat di ol shop, tentu saja lebih jadi menghasilkan uang. Well, time is money right?
Masih menyambung bahasan di atas, mencari penyebab ketidakcocokan skincare ini selain melelahkan, juga menghabiskan waktu. Bayangkan waktu yang terbuang untuk itu, bayangkan jika waktu tersebut dipergunakan untuk bekerja, atau minimal bales-bales chat di ol shop, tentu saja lebih jadi menghasilkan uang. Well, time is money right?
7. Stuck di trial and error
Dalam rangka mencoba skincare baru, jujur saja saya excited, namanya juga barang baru. Nah, pada saat serangkaian, atau salah satu produknya ada yang tidak cocok? Itu lain cerita. Ya gitu, beneran stuck jadinya antara lelah, males, dan takut malah lebih parah ketidakcocokannya di wajah saya. Biasanya pada saat terjadi "masalah", saya hentikan semua pemakaiannya dan memilih istirahat skincare.
8. Formula berubah dari pabrik
Namanya risiko, bukan selalu datang dari diri sendiri, tetapi juga faktor luar. Yang bikin saya agak kesel ini jika menggunakan skincare yang macam kayak homemade gitu, terus cocok, pada saat formula nya berubah, itu bisa nggak cocok lagi. Jangan kan homemade, skincare pabrikan pun juga bisa terjadi. Bukan berarti pabriknya nakal ganti-ganti, namanya improvisasi formula itu biasa terjadi, perubahan packaging, dan sebagainya, namun memang terkadang ada yang berdampak skincare jadi "tidak cocok".
Bukan berarti saya menulis ini saya menentang untuk ganti-ganti skincare, no. Saya sendiri sampai saat ini masih sesekali berganti skincare, namun buat yang kulitnya lebih sensitif, apalagi yang acne prone, kedelapan hal yang saya sebutkan di atas memang bisa terjadi. That's why kenapa ada beberapa orang yang fanatik sama skincare tertentu, ya itu kalau sudah cocok diganti lainnya bisa repot.
Lalu, bagaimana caranya menentukan kondisi kulit wajah supaya cocok sama skincare? Di negara maju, sekarang ada yang namanya test DNA untuk menentukan kondisi kulit.
Test DNA untuk skincare? Oh iya, jadi industri kecantikan sendiri merupakan industri yang berkembang cepat termasuk teknologi yang ada di dalamnya. DNA sendiri merupakan asam nukleat yang menyimpan semua informasi tentang genetika. Tes DNA adalah prosedur yang digunakan untuk mengungkapkan secara akurat, informasi mengenai genetik dalam tubuh seperti potensi, risiko dan kebutuhan unik setiap individu yang berkaitan dengan banyak hal seperti kebutuhan suplemen dan nutrisi, intensitas olahraga yang sesuai,hingga perawatan kulit yang tepat dan lainnya.
Salah satu hal paling mendasar yang bisa diperoleh dari tes DNA adalah kondisi kulit seseorang. Sebagai organ tubuh paling luar, kulit merupakan lapisan pelindung yang bekerja 24/7 dan paling rentan terpapar oleh faktor eksternal seperti matahari dan polusi.
Pengecekan DNA kulit bisa memberikan informasi yang akurat mengenai kualitas kolagen, elastisitas kulit, pigmentasi kulit, dan sebagainya. Tes DNA kulit sudah umum dilakukan di negara maju, untuk mengenal kondisi kulit dan mendapatkan perawatan yang tepat dan sesuai. Singkatnya, tes DNA kulit ini lebih personalisasi karena keakuratannya.
Apakah begitu dibutuhkannya tes DNA kulit ini?
Mengambil hasil survey yang diadakan JakPat (provider platform survei) Dalam konteks
penggunaan produk perawatan wajah, hanya 15% responden yang mengatakan bahwa kinerja produk yang mereka gunakan, sesuai dengan harapan. Sisanya mengatakan bahwa mereka masih menderita masalah yang mengganggu seperti jerawat, iritasi, kulit kering, kulit berminyak, dan lainnya. 30% Responden juga merasa belum puas dengan kondisi kulit mereka saat ini, kendati
telah menggunakan berbagai macam produk perawatan.
Hasil riset lainnya menunjukkan bahwa para responden sudah selektif dalam mencoba produk perawatan kulit, untuk mencegah terjadinya masalah kulit dan menghindari terbuangnya uang dan waktu dengan sia-sia. Dalam konteks menemukan produk perawatan yang tepat, 50% responden setuju untuk memeriksakan kondisi kulit mereka dan secara umum memilih untuk pergi ke dokter kulit atau dermatolog. Dalam konteks skin DNA treatment, kecenderungan responden untuk percaya akan hasil tes DNA kulit, mencapai 85%. Selain itu persentase minat responden untuk mencoba
perawatan kulit dengan teknologi tinggi (hi-tech) mencapai 90%.
Dalam rangka mencoba skincare baru, jujur saja saya excited, namanya juga barang baru. Nah, pada saat serangkaian, atau salah satu produknya ada yang tidak cocok? Itu lain cerita. Ya gitu, beneran stuck jadinya antara lelah, males, dan takut malah lebih parah ketidakcocokannya di wajah saya. Biasanya pada saat terjadi "masalah", saya hentikan semua pemakaiannya dan memilih istirahat skincare.
8. Formula berubah dari pabrik
Namanya risiko, bukan selalu datang dari diri sendiri, tetapi juga faktor luar. Yang bikin saya agak kesel ini jika menggunakan skincare yang macam kayak homemade gitu, terus cocok, pada saat formula nya berubah, itu bisa nggak cocok lagi. Jangan kan homemade, skincare pabrikan pun juga bisa terjadi. Bukan berarti pabriknya nakal ganti-ganti, namanya improvisasi formula itu biasa terjadi, perubahan packaging, dan sebagainya, namun memang terkadang ada yang berdampak skincare jadi "tidak cocok".
Bukan berarti saya menulis ini saya menentang untuk ganti-ganti skincare, no. Saya sendiri sampai saat ini masih sesekali berganti skincare, namun buat yang kulitnya lebih sensitif, apalagi yang acne prone, kedelapan hal yang saya sebutkan di atas memang bisa terjadi. That's why kenapa ada beberapa orang yang fanatik sama skincare tertentu, ya itu kalau sudah cocok diganti lainnya bisa repot.
Lalu, bagaimana caranya menentukan kondisi kulit wajah supaya cocok sama skincare? Di negara maju, sekarang ada yang namanya test DNA untuk menentukan kondisi kulit.
Test DNA untuk skincare? Oh iya, jadi industri kecantikan sendiri merupakan industri yang berkembang cepat termasuk teknologi yang ada di dalamnya. DNA sendiri merupakan asam nukleat yang menyimpan semua informasi tentang genetika. Tes DNA adalah prosedur yang digunakan untuk mengungkapkan secara akurat, informasi mengenai genetik dalam tubuh seperti potensi, risiko dan kebutuhan unik setiap individu yang berkaitan dengan banyak hal seperti kebutuhan suplemen dan nutrisi, intensitas olahraga yang sesuai,hingga perawatan kulit yang tepat dan lainnya.
Salah satu hal paling mendasar yang bisa diperoleh dari tes DNA adalah kondisi kulit seseorang. Sebagai organ tubuh paling luar, kulit merupakan lapisan pelindung yang bekerja 24/7 dan paling rentan terpapar oleh faktor eksternal seperti matahari dan polusi.
Pengecekan DNA kulit bisa memberikan informasi yang akurat mengenai kualitas kolagen, elastisitas kulit, pigmentasi kulit, dan sebagainya. Tes DNA kulit sudah umum dilakukan di negara maju, untuk mengenal kondisi kulit dan mendapatkan perawatan yang tepat dan sesuai. Singkatnya, tes DNA kulit ini lebih personalisasi karena keakuratannya.
Apakah begitu dibutuhkannya tes DNA kulit ini?
Mengambil hasil survey yang diadakan JakPat (provider platform survei) Dalam konteks
penggunaan produk perawatan wajah, hanya 15% responden yang mengatakan bahwa kinerja produk yang mereka gunakan, sesuai dengan harapan. Sisanya mengatakan bahwa mereka masih menderita masalah yang mengganggu seperti jerawat, iritasi, kulit kering, kulit berminyak, dan lainnya. 30% Responden juga merasa belum puas dengan kondisi kulit mereka saat ini, kendati
telah menggunakan berbagai macam produk perawatan.
Hasil riset lainnya menunjukkan bahwa para responden sudah selektif dalam mencoba produk perawatan kulit, untuk mencegah terjadinya masalah kulit dan menghindari terbuangnya uang dan waktu dengan sia-sia. Dalam konteks menemukan produk perawatan yang tepat, 50% responden setuju untuk memeriksakan kondisi kulit mereka dan secara umum memilih untuk pergi ke dokter kulit atau dermatolog. Dalam konteks skin DNA treatment, kecenderungan responden untuk percaya akan hasil tes DNA kulit, mencapai 85%. Selain itu persentase minat responden untuk mencoba
perawatan kulit dengan teknologi tinggi (hi-tech) mencapai 90%.
Sejujurnya saya sendiri juga penasaran dengan teknologi tes DNA ini, karena tentunya gratis dan bisa dilakukan dari rumah, tinggal akses ke https://www.smartskinsolution.com/
See you in my next post, please drop comment below so we can know your experience too
Waduh ada juga soal risiko improvisasi formula ya, mungkin itu juga makanya produsen selalu diperbarui sertifikasi performanya. menjaga kulit wajah itu serupa merawat aset ya harus hati2.boleh juga nih terapkan tes dna kulit agar kulit tdk jadi bahan eksperimen.
ReplyDeleteiya dari produsen maksudnya dibagusin ternyata malah di user ngga cocok, makanya kadang ketemu skincare yang cocok awalnya tau-tau lama-lama ngga cocok
DeleteDuh kirain tes DNA itu buat menentukan gen keturunan saja hehehe ternyata ada juga yang berguna untuk membantu menemukan kecocokan kulit kita dg produk skincare yang cocok ya.
ReplyDeleteSaya belum pernah mencoba perawatan wajah, takut seperti yang dibilang ntr ga cocok, atau malah muncul jerawat dan sebagainya.
ReplyDeleteTapi kayaknya Test DNA harus dicoba tuh, supaya kita tau bagaimana kondisi kulit wajah dan bisa menyesuaikan dengan produk perawatan wajah yang cocok.
Dulu saya suka gonta ganti kosmetik Sampai pada suatu ketika kulit saya berjerawat parah sekali sehingga perlu perawatan dokter Sejak itu saya konsisten dalam menggunakan kosmetik ternyata untuk menggunakan konsep matriks yang baik harus melakukan tes DNA ya jadi tahu Terima kasih Kak
ReplyDeleteSayaa bener - bener penasaran sama test DNA in, detail prosesnya kayak gimana yah, bakalan lebih akurat kah ke perawatan wajahnya apa gimana.
ReplyDeleteBaca artikel ini aku jadi tahu mba ada tes DNA segala dalam perawatan. Tapi bagus juga sih, mungkin tes semacam ini utk ngelihat kondisi kulit kali ya?
ReplyDeleteKadang dengan pembaharuan formula dari produsen, nggak selalu cocok sama konsumen. Etapi alasan saya tipe yang agak takut takut coba produk lain kalo sudah cocok sama satu produk perawatan, ya karena khawatir bermasalah di kulit saya. Boleh juga nih tes DNA kulit, bisa dicoba. Etapi mahal nggak ya?
ReplyDeleteAku banget nih yang suka gonta ganti perawatan kulit dan memang butuh biaya banyak ya jadinya kalo kulit jadi rusak.. harus recovery dulu lah.. baru pakai ini itu dan belum tentu cocok huhu.. penasaran juga deh sama tes DNA ini.. beneran bisa coba sendiri dirumah ya?
ReplyDeleteKalau gonta ganti skin care pengaruhnya banyak banget ya, sampai perubahan jenis kulit. Hmm, daku pernah soalnya sempat kering, cuma sekarang udah gak lagi karena balik ke skin care awal
ReplyDeletePantesan yang namanya skin care cocok cocokan. Kudu tahu DNa kukit biar bisa pake yang sesuai. Ku biasanya kalau udah cocok ngga mau ganti sih. Udah itu aja
ReplyDelete